Sebenarnya ini bukan titik awal perjalanan akademik dan spiritual saya ke Finlandia bermula, namun saya ingin memulainya dari fase ini karena ada satu momen yang tak kan pernah akan saya lupakan di bandara ini. Momen ketika cinta, usaha, dan doa menyatu mewujud nyata. Semoga Anda semua dapat menikmati tulisan perdana setelah sekian purnama saya tidak menjentikkan jari khusus untuk menorehkan cerita.
Pada masa pandemi dengan segala ketidakpastian, saya sempat ragu apakah saya akan bisa berangkat ke Finlandia meskipun seluruh dana sudah dikirim ke rekening saya. Berulang kali saya cek website pembuatan visa Eropa untuk Finlandia https://visa.vfsglobal.com/idn/id/fin berulang kali pula saya membacanya. Sejak pengumuman saya lolos menerima pendanaan di bulan Juni 2021, pada akhirnya saya baru bisa berangkat ke kantor vfs Bali di bulan September 2021 tanggal 14 kurang lebih satu bulan sebelum tanggal keberangkatan.
Pada dasarnya syarat-syarat pembuatan visa ini tidak rumit dan seperti tercantum di website tersebut, hanya saja perlu tambahan keterangan sertifikat vaksin saja. Setelah mengisi form aplikasi melalui website tersebut, lalu saya membuat janji temu. Nah, pada saat membuat janji temu ini, saya memutuskan untuk memilih vfs Bali. Anda tahu apa alasan saya? alasan pertama adalah disaat pandemi penerbangan ke jakarta sangat terbatas, kantor vfs Jakarta jauh dari Bandara sehingga mau tidak mau saya harus menginap, selain itu saat itu rupanya jadwal di kantor vfs Jakarta juga sudah penuh, saya masih harus menunggu beberapa minggu lagi untuk bisa membuat janji temu. Kondisi yang berbeda justru saya temukan di kantor vfs Denpasar, ketika saya cek ternyata kantornya dekat sekali dari Bandara, benar saja hanya kurang lebih 10 menit, selain itu di hari yang sama dari Solo ada penerbangan pagi ke Denpasar, dan sebaliknya dari Denpasar ada penerbangan sore ke Solo, sehingga saya tidak perlu menginap. Mengapa saya tidak mau menginap? bukan karena saya tidak mampu membayar tarif satu malam di sana, namun lebih karena saya tidak ingin membuang waktu saya bersama anak-anak. Sebagai ibu dari 4 anak, yang akan meninggalkan mereka dalam waktu yang lumayan, saya tidak ingin membuang waktu meskipun hanya satu malam. Lagi pula kalau saya menginap, saya baru bisa akan pulang sore hari dari Denpasar karena tidak ada penerbangan pagi 😦 Dapat dibayangkan berapa banyak waktu yang hilang?
Janji temu saya adalah pukul 10:00-12:00 di kantor vfs Denpasar, karena hanya ada satu dan hanya satu penerbangan pagi itu yaitu pukul 8.00 dari Solo, saya tidak punya pilihan lain, meskipun saya sudah berkali-kali mendapati pengalaman tidak menyenangkan dengan maskapai ini, namun apa daya saya tak punya pilihan lain. Bismillah,… berangkatlah saya.
Benarlah dugaan saya, kebiasaan telat dari maskapai ini belum juga hilang, akhirnya sampai Denpasar pukul 10:00 WIB yang artinya adalah pukul 11:00 WITA, saya langsung cari taksi yg bisa antar paling cepat, saya bayar 100 ribu supaya bisa ngebut dan sampai kantor vfs yang sebenarnya dekat sekali itu. Setibanya saya disana, semua tas diletakkan di loker, saya hanya masuk dengaan membawa dokumen-dokumen yang dibutuhkan saja. Ternyata dari semua dokumen-dokumen itu beberapa masih bermasalah!
Masalah yang pertama, mereka mau minta SK PNS saya! ya ampun, ya enggak bisalah. Masalah ke dua, mereka tidak terima akomodasi yang sudah saya pesan selama 30 hari dari booking.com padahal saya tidak bisa mendapatkan fasilitas asrama mahasiswa karena ini program visiting researcher. Masha Allah,… jadi waktu hanya 1 jam dan harus menyelesaikan dua masalah ini. Hm,… untuk masalah pertama, akhirnya saya bisa gunakan surat tugas dari kampus dan bisa selesai. Untuk masalah ke dua, saya langsung kontak host saya di sana Dr. Kristof Fenyvesi dan menyampaikan bahwa saya menghadapi masalah ini. Beliau langsung membuatkan surat jaminan yang menyatakan bahwa beliau yang akan bertanggung jawab selama saya di Finlandia. Untungnya setelah adanya surat jaminan kilat yang dikirimkan beliau akhirnya, pihak kedubes Finlandia mengijinkan saya untuk diambil data biometriknya dan pengurusan dokumen-dokumen lainnya yang belum lengkap dapat dilanjutkan secara online. Jadilah saya selesai keluar lantor vfs sekitar pukul 13:00, saya langsung sholat setelah selesai sholat saya cek traveloka, oh masih banyak kosong tiket pulang, saya putuskan untuk makan siang dulu. Eh, selesai makan siang ketika mau beli tiket tiba-tiba sudah tidak bisa, saya langsung cari taksi dan menuju bandara, saya pikir karena kurang 3 jam jadi tidak bisa lagi via aplikasi. Rupanya karena saya lupa konversi waktu ke WITA saat ini sudah pukul 13.30 WITA, setibanya di Bandara saya tidak bisa beli tiket di vending mesin. Nah ketika saya ingin membeli dari loket, saya lihat antrian mengular sangat panjang, kalaupun saya bisa membeli tiket bisa dipastikan pesawat sudah terbang duluan. Di saat genting seperti itu, saya berkali-kali bolak balik ke bagian loket yang hanya diisi oleh seorang staff saja, staff ini melayani berbagai keluhan pelanggan, mulai dari penukaran tiket dan rescheduling serta beragam komplain lainnya. Bisa dibayangkkan kan?! ketika saya bilang, “Mas saya perlu tiket untuk penerbangan sekarang ini, apakah bisa bantu saya?” jawaban yang saya terima adalah ” Mba lihat enggak, itu antrian panjangnya minta ampun, saya enggak berani Mba bantu, kecuali semua orang mengijinkan Mba untuk saya layani dulu” sambil acuh tak acuh. Karena wajah anak-anak ada di pelupuk mata, akhirnya saya berani melakukan apa yang beliau inginkan, saya berdiri di depan antrian yang panjang, lalu satu per satu saya datangi dan saya minta tolong kesediaan mereka untuk memberikan saya kesempatan membeli tiket pesawat, seingat saya mungkin sekitar 30 orang. Setelah sampai pada antrian terakhir, akhirnya saya mendapatkan izin tersebut dan saya bisa membeli tiket pulang kembali ke Solo hari ini.
Saya pikir, doanya anak-anak dan keluarga akhirnya terkabul juga, saya bisa mengurus visa tanpa perlu bermalam di Denpasar. Setelah dokumen-dokumen lainnya saya kirirmkan melalui email, dua minggu kemudian akhirnya passport saya terima melalui pos dengan stempel visa Finlandia di dalamnya. Begitulah kisah perjuangan saya dalam mendapatkan visa Finlandia. Buat Anda yang sedang berjuang, tetap semangat ya, proses tidak pernah mengkhianati hasil.