Sebutir Biji Padi


Pada jaman dahulu hiduplah seorang raja di sebuah pulau, namanya pulai Kitang. Luas pulai Kitang hampir sama dengan luas pulai jawa, seluruh daerah tersebut dalam kekuasaan Raja. Letak pulau Kitang tepat dibawah garis khatulistiwa, sehingga disana hanya ada dua musim, musim hujan dan musim panas. Pulau Kitang sangat subur di musim hujan, namun seringkali kekeringan dimusim panas.

Sang Raja selalu membuat pencitraan bahwa seolah-olah ia adalah Raja besar yang adil dan jujur. Setiap kali panen padi tiba, para rakyat memberikan pajak satu karung besar padi hasil panen. Raja akan menyimpan semua pemberian rakyatnya itu di dalam sebuah lumbung padi yang amat besar dan tertutup. Namun sayangnya, ketika pulau Kitang mengalami kekeringan, dan banyak rakyat kelaparan. Sang Raja tidak mau memberikan atau meminjamkan padi-padi yang dilumbungnya kepada rakyatnya. Hingga banyak rakyat yang sakit bahkan meninggal karena kelaparan.

Suatu ketika datanglah musim kering yang panjang. Sikap Raja yang curang itu rupanya membuat seorang gadis kecil bernama Muta geram. Ia pun punya ide cemerlang untuk memberi pelajaran bagi sang Raja. Kebetulan Raja sedang mengalami masalah rumit kala itu. Istananya sedang diserang oleh ribuan lalat, beberapa ahli binatang dan hama kerajaan sudah dikerahkan, namun lalat-lalat itu masih belum bisa diusir dari istananya.

Akhirnya Muta menghadap ke istana dan mengajukan diri untuk mengusir lalat itu. Muta tahu Raja sangat pelit maka Muta pun mengajukan syarat yang unik. “Wahai Raja, upah saya tidak mahal kok, hanya sebutir padi per menit dan kelipatannya untuk menit-menit selanjutnya selama Istana Tuan terbebas dari lalat-lalat yang menjengkelkan ini” Sang Raja pikir upah ini sangat murah maka ia langsung menyetujuinya.

Pada akhirnya Muta dapat mengusir semua lalat tersebut dengan membasmi lalat dengan cairan khusus dan membersihkan seluruh area istana dan sekitarnya. Dan Muta pun meminta upah sesuai dengan perjanjian awal pada hari ke dua.

Raja ini sudah dua hari istana bebas dari lalat, saya meminta upah saya Tuan. Tetapi ketika upahnya di hitung, si Raja pun kaget bukan kepalang, karena Raja harus menguras isi gudang padinya. Mengapa bisa demikian ya?….. karena ternyata sebutir padi per menit dan kelipatannya itu adalah adalah ongkos yang sangat mahal! Karena dalam sehari saja Raja harus membayar  sebanyak 21439 butir padi.

Lalu seluruh padi yang diperoleh Muta setiap harinya diberikan pada rakyat yang kelaparan.

(inspired by “one grain of rice”)

SEMINAR INTERNASIONAL PENDIDIKAN MATEMATIKA DI PULAU PHUKET THAILAND (bag. I tahap Persiapan )


Bulan maret 2013, saya beserta Prof. Yaya S. Kusumah dan dua sahabat saya Ibu Maria Kleden dan Puji Lestari berkesempatan berpartisipasi di EARCOME 6 (East Asia Regional Conference on Mathematics Education) yang bertempat di Prince of Songkla University di Pulau Phuket Thailand. Sebetulnya desire saya untuk mencicipi pengalaman dalam kancah internasonal ini tidak terlepas dari inspirasi-inspirasi yang diberikan oleh dosen-dosen Prodi Pendidikan Matematika UPI  prof. Yaya S. Kusumah, Ph. D dan Prof. Jozusa Sabandar, Ph.D, dengan modal semangat dan kerja kerasmaka akhirnya misi untuk mengikuti seminar internasional dapat terwujud juga bersama-sama sahabat saya.

Tulisan ini dibuat dengan tujuan berbagi inspirasi dan semangat khususnya bagi sahabat-sahabat sekelas dan umumnya bagi “orang Indonesia” yang merasa menorehkan nama Indonesia di kancah internasional itu “sesuatu” (nyontek gaya lebay Syahrini). Buat saya pribadi misi ini juga setidaknya selain membuka wawasan keilmuan tentunya sekaligus dapat jalan-jalan ke luar negri melalui karya kita, bukan sekadar menyumbang devisa bagi Negara lain dengan hanya menjadi wisatawan saja.

Prosesnya dimulai dengan menulis abtsrak yang harus terlebih dahulu di kirimkan ke panitia untuk disortir, apakah dapat ditampilkan ke dalam presentasi oral atau sekadar poster saja. Setelah selesai disortir panitia, pengumuman disampaikan melalui email pribadi apakah makalah kita di terima/ditolak atau masuk ke dalam poster presentation. Tahap selanjutnya kita diminta menyelesaikan makalah sesuai dengan format penulisan yang sudah ditetapkan panitia, kemudian diminta membayar biaya pendaftaran pada jangka waktu tertentu. Biasanya soal pemabayaran ini, ada jangka waktu yang ditetapkan dengan besaran biaya yang berbeda. Intinya kalau bayar lebih dulu bisa ebih murah lho,…. Pengalaman kami dalam membayar regirtrasi, awalnya mau memanfaatkan jasa kiriman uag seperti money gram atau western union, tapi ternyata lebih mudah langsung saja transfer antar Negara via BNI, murah dan mudah. Untuk menghemat biaya, maka kami mengirimkan biaya registrasi untuk 4 orang sekaligus dalam satu resi, karena kalau sendiri-sendiri biaya pengiriman uangnya menjadi jauh-jauh lebih mahal lho….

Eh tapi inget lho,.. semua proses di paragraph atas itu, dimulai setelah membuka dan membaca informasi dalam website resmi yang dikeluarkan panitia, seperti ini lho contoh website resminya: http://earcome6.kku.ac.th/earcome/ . jadi secara formal, langkah pertama adalah cari informasi tentang seminar atau konferensi yang akan dilaksanakan terlebih dahulu melalui website resmi panitia ya….

Nah, setelah bayar pendaftaran dan makalah utuh sudah dikirim selanjutnya adalah berburu tiket pesawat murah dan mencari informasi tentang hotel yang dekat dengan lokasi plus transportasi di sana. Biasanya di dalam website resmi panitia, ini semua sudah disediakan, dari list hotel terdekat hingga informasi tentang tempat pariwisata yang bisa dikunjungi plus dengan peta dan informasi tranportasi dari jenis kendaraan hingga besar ongkos yang perlu disiapkan. Pokoknya komplit deh, hal ini memudahkan kita untuk mengestimasi total anggaran yang perlu disiapkan. Oh ya,.. tentu saja semua penjelasan ditulis dalam bahasa Inggris bukan bahasa Thailand atau bahasa Melayu.. he.he..he..

Nah,.. setelah semuanya beres, langkah selanjutnya adalah membuat estimasi dana yang diperlukan dan menukar mata uang rupiah dengan bath. Jelas-jelas membeli bath di Indo lebih murah daripadamembei bath di di Phuket. Selain itu estimasi dana juga berguna untuk mengajukan proposal bantuan ke DIKTI yang dengan murah hati setiap tahun menyediakan dana bantuan bagi para dosen yang akan seminar ke luar negri. Untuk masalah prosedur pengajuan dana bantuan seminar internasional akan saya ulas dalam tulisan yang berbeda.

Untuk persiapan terakhir sebelum keberangkatan adalah menyiapkan slide presentasi atau poster yang akan ditampilkan dan belajar latihan menyajikan slide tersebut hanya dalam waktu kurang lebih 10 menit, hal ini dilakukan agar kita terbiasa dengan waktu yang disediakan dan siap dalam presentasi, karena selain Prof. Yaya, bagi kami bertiga ini merupakan pengalaman perdana.

Setelah semua persiapan di atas maka kami siap berangkat menuju Phuket……

Phuket I’m coomiiinggg…….

Pemahaman Baru Tentang Pengertian “Kontekstual”


Mata Kuliah       : Matematika Realistik

Dosen                   : Prof. Jozua Sabandar, M.A.

Pertemuan         : 1/ 10 September 2012

Hari ini adalah hari pertama, mata kuliah Matematika Realistik dengan Prof. Jozua Sabandar. Diawal kuliah beliau memberikan beberapa buku rujukan yaitu:

1. Developing Realistic Mathematics Education (Keano Gravemeijer)

2. Realistic Mathematics Education in Primary School (Lyn Strefland)

3. Marja van den Heuvel van Huizen

Sejarah singkat RME (Realistic Mathematics Education) atau di Indonesia di kenal dengan PMRI (Pendidikan Matematika Realistik Indonesia) berasal dari Belanda  yang dicetuskan oleh tokoh pendidikan Freudenthal dan John de Lange. Ketika pada era 60-70 an Amerika Serikat dikejutkan dengan peluncuran Sputnik oleh Soviet, rupanya matematika modern menjadi pusat perhatian para peneliti di Amerika saat itu. Namun konsep tentang matematika modern ini belum sepenuhnya diujicobakan dan dinyatakan berhasil.  Merasa tersaingi oleh Soviet, maka ide matematika yang belum paripurna ini langsung diterapkan di Amerika, dan bahkan dibawa jug ake Indonesia. Nah, pada masa ini di Belanda para pendidik matematika tidak tergoda untuk mengadopsi matematika modern pada kurikulum mereka.

Ide dasar dari matematika realistik adalah pembelajaran matematika dimulai dari situasi kontekstual. Yang dimaksud dengan situasi kontekstual adalah situasi yang dapat dipahami anak sesuai dengan pengetahuan yang sudah mereka miliki (prior knowledge). Situasi kontekstual diberikan dalam beberapa bentuk, namun tetap mengacu pada satu konsep yang ingin diajarkan. Yang jelas, konsep tidak disajikan dalam bentuk jadi dan ditransfer sebagai pengetahuan belaka melainkan dibangun dalam pikiran anak.

Setelah diberikan situasi sesuai dengan konteks yang dipahami anak, lalu diberikan masalah yang berkaitan dengan konteks tersebut. Anak didik pada awalnya diminta untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan menggunakan pengetahuan yang sudah dimilikinya dengan berbagai cara sesuai dengan bekal prior knowledge masing-masing anak. Pada proses ini berlangsung suatu pembentukan  strategi yang dilakukan siswa. Siswa akan menngunakan pengetahuan informal yang mereka miliki untuk menyusun strategi dalammenyelesaikan masalah.

Setelah masalah dapat dipecahkan, maka guru bertanggung jawab untuk mulai membuat hubungan pengetahuan informal siswa yang masih berada pada tataran matematika horizontal menuju bentuk formal dari konsep yang akan diajarkan.  Bentuk matematika formal ini sering jug adisebut sebagai matematika vertical. Dalam bentuk ini penggunaan notasi matematika formal dikenalkan pada siswa. Selain itu, proses generalisasi juga memainkan peran penting.

Nah, salah satu hal yang menarik pada pertemuan pertama ini adalah pengertian tentang kontekstual atau situasi kontekstual. Selama ini  saya sendiri masih bimbang tentang pengertian kontekstual. Dulu tahun 2006 ketika saya masih aktif di PMRI saya sering bertanya apakah yang dimaksud dengan situasi kontekstual harus sesuai dengan kehidupan nyata atau kehidupan sehari-hari yang terjadi disekitar siswa? Karena menurut pengamatan saya, anak kecil itu suka dengan kartun dan khayalan yang itu jauh dari konteks kehidupan sehari-hari mereka namun anak-anak kecil ini dapat memahami situasi yang terjadi dalamd dunia dongeng atau kartun yang tidak nyata tersebut. Berangkat dari asusmsi itu, saya pribadi beranggapan bahwa kontekstual memang tidak harus melulu berhubungan dengan dunia nyata atau kehidupan sehari-hari siswa melainkan suatu konteks yang sesuai dengan alam pikiran siswa.

Pada kuliah pertama ini akhirnya saya mendapat jawabnya dari Prof. Jozua Sabandar, MA. Ternyata situasi kontekstual itu ada tiga jenis, yaitu:

1. Pure context

2. Camouflage context

3. Mathematical context.

Nah, meskipun ketiga jenis ini belum sempat dijelaskan namun saya sudah dapat menduga bahwa sebetulnya yang disebut kontekstual itu tidak melulu harus berhubungan dengan situasi nyata atau kehidupan sehari-hari yang dekat dengan siswa.

Catatan:

Catatan ini tidak sama persis seperti yang disampaikan dosen melainkan sudah bercampur dengan pegetahuan yang saya miliki dan sudah mengalami proses asimilasi dan akomodasi hingga tersaji utuh. Selain itu contoh-contoh situasi nayata belum dapat diketik dalam cacatan ini, masih dalam catatan kasar. Contoh konteks nyata adalah tentang konsep pembagian pada siswa sekolah dasar dan konsep jumlah deret 1/x^n , untuk x tidak sama nol dan tidak sama dengan 1 untuk mathematical context

Tugas untuk minggu depan: buat kajian 3-5haldari bab Instructional desing as a learning process page 17.