Tentang Tugas Mahasiswa



Beberapa waktu lalu, saya meminta mahasiswa untuk menjawab tiga pertanyaan terkait dengan pemanfaatan media pembelajaran dalam matematika, ketiga pertanyaan tersebut saya berikan untuk dikerjakan di rumah dan jawabannya dikirim melalui email. Hal ini bertujuan untuk melakukan cek silang apakah semua mahasiswa di kelas sudah mempunyai akun email, atau sudah dapat memanfaatkan fasilitas mengirim dokumen menggunakan email. Say abukan meragukan kemampuan mereka, namun berdasarkan pengalaman waktu studi lanjut dahulu, ternyata memang masih terdapat beberapa mahasiswa yang belum familier dengan “email”. Pertanyaan yang saya berikan dapat dijawab dengan mudah melalui berbagai sumber baik cetak maupun elektronik. Saya yakin dengan bantuan “mbah google” saja berbagai sumber akan segera diperoleh hanya dengan satu kali “klik” saja.

Tujuan implisit dari tugas ini, sebenarnya ingin melihat seberapa mandiri kah mahasiswa dalam berupaya mempelajari topic media pembelajaran. Pada era digital sekarang ini, belajar dapat berlangsung dimana saja dengan berbagai sumber yang tersedia dengan akses yang cukup mudah dan murah, dosen atau guru dan buku teks, bukan lagi satu-satunya sumber paling utama. Semestinya keadaan seperti ini dapat mendorong setiap individu untuk dapat belajar tanpa penghalang ruang, waktu, usia, formalitas institusi, dan fasilitas-fasilitas fisik seperti gedung sekolah. Siapapun dapat belajar apapun dimanapun asalkan ia memiliki keinginan. Justru yang menjadi masalah adalah, membangun “keinginan” dari dalam individu agar mau terus belajar. Bahkan di dalam kelas-kelas dibanyak sekolah saya yakin betul ini masih menjadi masalah. Bagaimana membangun kesadaran bahwa belajar adalah sebuah “kebutuhan” sehingga dengan sendirinya tumbuh “keinginan” dari dalam diri individu untuk belajar. Kembali kepada topic tentang tugas yang saya berikan, saya berharap dengan tugas tersebut, mahasiswa dapat mencari berbagai sumber terkait dan mengkaji untuk menjawab pertanyaan tersebut. Dengan demikian secara tidak langsung wawasan mereka tentang topic media pembelajaran matematika berbasis komputer akan bertambah juga.

Satu minggu selesai. Tugas mahasiswa satu persatu masuk ke dalam inbox email saya. Saya harus bekerja keras melakukan koreksi di layar computer, membaca halaman demi halaman yang ditulis mereka. Namun, sayang setelah say abaca, banyak sekali jawaban mahasiswa yang hanya sekadar “copy-paste” dari berbagai situs internet, ada pula yang jawabannya hampir sama satu sama lain. Bahkan banyak yang tidak mencantumkan sumber situs yang mereka copy, hal ini membuat saya sedih. Namun demikian ada juga mahasiswa yang mengerjakan tugas dengan baik. Berusaha memberikan jawaban terbaik. Saya cukup puas dengan jawaban tersebut. Kalau dipikir-pikir, buat apa saya capek-capek baca tulisan-tulisan “orang lain” toh saya bisa baca langsung dari sumbernya?! Mengapa mahsiswa tidak berpikir dulu untuk menkaji apakah tulisan yang dibuat orang tersebut benar atau sejalan dengan teori yang dipahaminya? Apakah ada hal yang mungkin bisa ditambahkan dari ide orang lain yang sudah dibaca? Mengapa tidak menulis dengan buah pikirannya sendiri setelah mempeoleh “pencerahan” dengan membaca tulisan-tulisan orang lain?

Ah,.. tentunya banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang muncul di kepala saya. Saya merenung sejenak. Mengapa hal ini bisa terjadi? Bukankan semestinya mahasiswa yang belajar di dalam kelas-kelas dengan dosen atau guru sebagai fasilitator punya semangat belajar lebih tinggi dibandingkan dengan “mereka” yang belajar secara mandiri? Atau justru sebaliknya ya? Mereka yang dapat belajar mandiri tanpa guru/dosen pastilah mereka yang memiliki motivasi tinggi dalam belajar. Dan mereka yang masuk ke ruang-ruang kelas, memang mereka membutuhkan guru/dosen untuk membangkitkan motivasi belajar mereka yang kurang? Wah kalau memang ternyata realitas yang ada adalah yang terakhir ini, maka saya sudah gagal menjadi motivator yang baik. Saya gagal menumbuhkan keinginan yang kuat dari dalam diri mereka untuk belajar.

Hasil perenungan saya berujung pada keputusan untuk memberikan kesempatan kepada para mahasiswa untuk membuat sebuah pengakuan dan mencoba memperbaiki kesalahan yang sudah dilakukannya. Hasilnya sungguh menarik! Bahkan saya sendiri beberapa kali sempat terharu. Jika mereka (mahasiswa) memberikan ijin maka saya akan melanjutkan tulisan ini dengan memaparkan dampak dari kejadian ini.

Semoga Tuhan senantiasa dapat menunjukkan jalan yang benar dan membimbing hamba untuk dapat melaluinya. Amiin.

3 Oktober 2011. Kentingan pukul 10.20.